JIKA dulu Anda dan suami rajin bercumbu sebelum memasuki "menu utama" bercinta, kini keinginan berciuman pun tak sekuat dulu saat di awal-awal perkawinan.
Masalahnya adalah, seperti banyak pasutri lainnya, sesi makeout mulai menurun sampai tiba-tiba mereka tidak berciuman dengan gairah atau sesering sebelumnya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
"Ciuman berkembang sebagai cara untuk menilai kompatibilitas pasangan potensial. Karena pertukaran informasi tentang kesehatan dan status hormonal," ujar Gordon Gallup PhD, seorang profesor psikologi di University of Alban.
"Tapi, begitu orang memilih pasangan, ciuman dapat ‘mati’ karena tidak ada lagi kebutuhan untuk mengukur DNA satu sama lain. Bahkan, jika Anda tahu dia adalah the one," kata antropolog biologi Helen Fisher PhD.
Ciuman merupakan menu pembuka istimewa dalam setiap sesi bercinta. Hanya saja, bila ciuman tanpa variasi, tentu akan mendatangkan kebosanan. Jika sudah begini, Anda pun wajib memberikan sedikit sentuhan-sentuhan nakal dalam ciuman yang tengah Anda rangkai bersama pasangan. Tentu saja, untuk mengangkat libido Anda berdua.
"Anda berutang pada kehidupan seks untuk terus berciuman. Air liur mengandung hormon seks testosteron, yang memicu libido," jelas Fisher yang juga seorang profesor peneliti di Rutgers University di New Jersey.
Ciuman bukan hanya bahasa tubuh untuk bertukar pesan seputar cinta, kasih, ataupun gairah. Namun, lewat ciuman, Anda akan dipermudah untuk mendapat pengalaman seksual yang menakjubkan.
"Begitu banyak waktu yang Anda habiskan untuk berciuman. Semakin banyak ciuman, maka Anda akan semakin prima untuk menghadapi seks. Dengan hasil intensitas pengalaman yang lebih banyak," tukas Fisher.
0 komentar:
Posting Komentar