Adalah ponsel berbasis sistem operasi Android yang mulai menggelitik di pasar tanah air. Bukan lantaran tengah menjadi trend dan sukses dalam industri seluler global, namun lebih karena langkah berani vendor ponsel Cina dalam menguji respon market. Bagaimana tidak, harga ponsel cerdas ini dilepas sang vendor dengan harga cukup miring.
Meski belum bisa disebut berhasil, aksi segelintir vendor lokal menghadirkan ponsel Android semakin membuka jalan mengakrabkan platform tersebut dengan konsumen tanah air. Jika kemudian animo pasar semakin membesar, tentu saja vendor lokal alias penyedia ponsel Cina akan menemukan celah baru dalam penetrasi mereka.
Dari segi harga, Android Cina berani menawarkan angka sekitar Rp 2 jutaan ke bawah. Memasuki triwulan tiga tahun ini, setidaknya sudah ditemukan empat buah ponsel Android murah mengusung banderol di kisaran tersebut.
IMO adalah salah satu vendor yang jadi pionir Android murah lewat seri S900. Vendor tersebut secara komersial membesut ponsel Android ini di penghujung tahun lalu. Menurut Sarwo Wargono, Presiden Direktur IMO kala itu, pertimbangan pihaknya memilih Android karena trend market share Android global yang positif.
Lantas menyusul Samart i-Mobile meluncurkan i-mobile IE6010 di tahun ini. Tak hanya itu, penetrasi dilakukan dengan menggandeng XL, dengan banderol harga sekitar Rp 2 jutaan di awal penjualan. Phanthep Chatnarat, General Manager i-Mobile International Co. Ltd optimistis bahwa pasar tanah air cukup potensial untuk seri Android-nya tersebut.
Paling anyar adalah Huawei U8100 Aviator dan Nexian NX-A890 Journey, dengan fitur lebih menarik ketimbang dua varian di atas. Huawei U8100 Aviator seharga Rp 2,3 juta ini mengusung nilai jual utama berupa fitur sharing koneksi internet ke perangkat lain via Wi-Fi dan GPS. Fitur ini bahkan belum dimiliki beberapa Android high end keluaran vendor papan atas.
Untuk Nexian Journey mengunggulkan kamera 5MP, juga GPS. Memang, harga yang ditawarkan tercatat diatas rata-rata ponsel Android Cina yakni Rp 2,99 juta. Namun, pihak vendor menawarkan solusi diskon hingga Rp 500 ribu, yang menjadikan banderol Nexian Journey ini sebatas Rp 2,5 juta. Setidaknya dengan keberadaan Android Cina, segmen pasar ponsel Android yang tadinya hanya kalangan menengah atas kian melebar. Jika sukses, bukan tak mungkin bakal menjadi celah baru pergeseran trend dari ponsel QWERTY Cina yang dalam waktu dekat akan menemukan titik jenuh.
Vendor Lain Menyusul
Jika menyimak data yang dikutip dari lembaga riset GFK per Maret 2010, penjualan total ponsel merek lokal per triwulan pertama 2010 telah mencapai 22 persen alias peringkat kedua di bawah Nokia yang memiliki pangsa pasar 51,2 persen. Angka 22 persen ini dikontribusi oleh merek Nexian (5,7 persen), HT Mobile (4,1 persen), serta kombinasi berbagai merek lokal lain yang rata-rata pangsa pasarnya di bawah 2 persen dengan total mencapai 12,2 persen.
Jika tak ingin kembali merosot atau tergerus, tentu vendor lokal harus mencari cara untuk terus bertahan. Selama ini, vendor lokal atau Cina mampu terus bersaing dengan vendor papan atas dengan menyiasati celah pasar yang kurang diperhatikan.
Merunut kembali ke belakang, selain faktor harga ponsel Cina mengawali booming lewat keberadaan fitur TV analog. Lantas vendor lokal menyiasati kejenuhan pasar dengan menawarkan fasilitas dual SIM card.
Setelah itu vendor lokal merilis ponsel berbasis layanan data GPRS menunggangi booming situs jejaring sosial. Dan, disusul dengan gebrakan ponsel QWERTYyang mendompleng kesuksesan Blackberry.
Kini, era ponsel QWERTY bakal mencapai puncaknya sehingga vendor lokal atau Cina harus mencari strategi baru. Ponsel Android ternyata cukup dilirik. Setelah beberapa vendor berani membuka jalan, vendor lain mulai ikut-ikutan mengintip peluangnya.
Bahkan, sempat muncul kabar beberapa vendor berspekulasi untuk menawarkan Android dengan harga di bawah Rp 2 juta. Presiden Direktur Taxco Indonesia, Djong Surianda beberapa waktu lalu sempat berujar tengah menyiapkan ponsel berbasis sistem operasi Android dengan harga tak lebih dari dua juta.
Namun, vendor yang dipastikan segera menyusul adalah CSL Indonesia. Disebut-sebut akan segera meluncurkan ponsel Android pada Agustus mendatang. General Manager CSL, Edmundus Leonard mengaku telah merilis ponsel Android-nya di Malaysia dan Singapura.
Menariknya, Leo memasang target penjualan sebanyak 5000 – 1000 unit untuk ponsel Android yang akan dijual di tanah air tersebut. Padahal, saat peluncuran di Singapura dan Malaysia pihaknya membukukan penjualan hampir 100 ribu unit.
Ia berkilah antusiasme konsumen tanah air masih belum sebesar di Singapura. Meski begitu pihaknya cukup optimis peminat ponsel Android di tanah air lambat laun akan tumbuh. CSL rencananya merilis tiga ponsel Android dengan kisaran Rp 2-3 juta. Nantinya, Android Cina Bakal Bersaing dengan Smartphone Branded
Tak tertutup kemungkinan ponsel Android bakal jadi tren selanjutnya bagi ponsel lokal asal Cina. Ini terlihat dari meningkatnya animo masyarakat terhadap ponsel bersistem operasi (smartphone), yang salah satunya adalah Android.
Hanya saja, jikalau banderol ponsel Android lokal nanti dipatok dengan harga yang ‘kurang wajar’ maka diprediksi jumlah permintaanya pun tak akan bagus. Pasalnya, ponsel merk lain, yang notabene branded semacam Nokia dan Samsung pun mulai getol merilis smartphone dengan harga terjangkau. Sebut saja Nokia 5233, yang dilego Rp 1,5 juta, dimana ponsel ini mengusung sistem operasi Symbian S60 5th edition.
Tak sampai disitu, fenomena pasar pun menunjukkan bahwa jajaran ponsel pintar dengan sistem operasi terbuka mulai dijual dengan banderol makin terjangkau. Tengok saja Nokia E63 (Symbian S60), Samsung C6625 (Windows Mobile), Motorola Q9h (Windows Mobile), yang dilego di kisaran Rp 1,5 juta, bahkan kurang. Dan, seperti kita tahu masyarakat kita cenderung lebih familiar dengan Symbian ataupun Windows Mobile, ketimbang Android.
Berbekal data di atas, celah ponsel lokal Android asal Cina untuk masuk menjadi trend baru di pasaran memerlukan taktik khusus. Tahap pertama yang mungkin diperlukan yakni edukasi, tentang Android. Selanjutnya bisa jadi strategi harga, yang sebisa mungkin lebih murah dari ponsel smartphone branded. Bila itu semua berhasil, maka peluang ponsel Android jadi tren baru ponsel Cina akan semakin besar
|
0 komentar:
Posting Komentar